Situs di Kota Madinah

Situs Bersejarah di Kota Madinah

Oleh: H. A. M. Ackman. Lc. MSi

 

Sejarah Masjid Nabawi

Masjid yang dibangun Nabi Saw ketika datang dari dari Qubâ dari perjalanan hijrahnya. Ketika sampai di Madinah, para qabilah menawarkan diri agar mereka menetap di kediaman mereka, tapi ditolaknya dengan halus seraya berkata: “Biarlah Unta ini (yang) menuntunku.” Sampailah untanya di tempat pengeringan kurma milik dua orang anak yatim yang bernama Suhail dan Sahal yang diasuh oleh As’ad bin zararah al-Anshari. Tempat ini hanya sebidang tanah untuk mengeringkan kurma dan sebagian kuburan musyrikin. Nabi Saw membeli tanah itu dengan harga 10 dinar walaupun kedua anak yatim tadinya rela memberikan tanahnya untuk Nabi Saw. Untuk kedua kalinya unta beliau bergerak lagi ke tempat kediaman Abu Ayûb al-Anshâri. Setelah tinggal dua hari, mulailah pembangunan masjid, dan ketika itu arah kiblat menghadap ke Masjid al-Aqsha. Pembangunan ini berlangsung selama 7 bulan. Kemudian dibangun dua ruang di selatan masjid bagi ‘Aisyah dan Saudah. Dibangun pula tempat bagi ahli suffah (kaum miskin dari golongan Muhajirin).  Ketika pertama kali di bangun diameter mesjid brukuan 35 x 30 meter dengan dinding batu atau sejenis tanah yang di keringkan dengan pilar terbuat dari batang pohon kurma dan beratapkan pelepah kurma. Sedangkan mimbar Nabi Saw terbuat dari pohon kurma kering. Ketika khutbah beliau hanya berdiri di batang pohon kurma itu. Kemudian dibuat kan mimbar baru yang terbuat dari pohon kurma yang di kerat pada sisinya sehingga berbentuk tangga yang terdiri dari 4 tangga. Ketika berkhutbah beliau berdiri pada anak tangga yang ketiga.

 

Keutamaan Masjid Nabawî

Salat satu rakaat di Masjid Nabawî sama pahalanya dengan mengerjakan 1000 atau 10.000 rakaat selain di Masjid ini, kecuali masjidil Haram yang berpahala 100.000 rakaat. Nabi Saw besabda:

“Satu kali salat di masjidku ini lebih utama dari seribu rakaat di masjid lain, kecuali Masjidil Haram, satu rakaat salat di Masjidil Haram lebih utama daripada seratus ribu rakaat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad).

Di dalam masjid ada tempat diantara mimbar Nabi Saw dengan rumah beliau yang disebut dengan Raudhah, mengenai keutamaan tempat ini Rasulullah Saw bersabda:

“(Ada sebuah) Tempat yang terletak di antara rumahku dengan mimbarku (dan tempat itu) merupakan salah satu taman di antara taman surga.” (HR. Bukhari).

 

Disunahkan menziarahi kuburan Nabi Saw sebagaimana sabda beliau Saw:

“Siapa saja yang menziarahi kuburanku maka dipastikan ia akan mendapat syafaatku.” (HR. al-Bazzar, Daruqhutni dan Ibnu Khuzaimah)

 

Etika Masuk Masjid Nabawî

1. Tiba di Madinah perbanyaklah shalawat, mandi, berwudlu lalu berpakain yang terbaik dan pakailah minyak wangi.

2. Masuk ke Masjid dengan kaki kanan sambil membaca doa yang singkat:

Allâhummaftah lî abwâba rahmatika

Ya Allah, bukakanlah pintu rahmat-Mu untukku.”

3. Salat tahiyatul masjid dua rakaat, di rakaat pertama membaca Fatihah dan al-kafirun kemudian di rakaat kedua membaca al-Fatihah dan al-Ikhlas.

Kemudian mendatangi Raudlah dan salat sunat kemudian mengucapkan Salam kepada Nabi, Abu Bakar dan Umar:

 

Assalaamu ‘alaika yaa nabiyyallahi, assalaamu’alaika Yâ sayyidal mursalîn wa imâmal muttaqîn. Asyhadu annaka qad ballaghtar risâlah wa addaital amânah wa nashahtal ummat wa jâhadta fillâhi haqqa jihâdih

Salam sejahtra bagimu wahai Nabi Allah, salam sejahtera atasmu wahai pemimpin semua nabi dan pemimpin orang yang muttaqin. Saya bersaksi, sesungguhnya engkau telah menyampaikan risalah Allah dan telah menunaikan amanah, engkau telah memberi nasehat kepada umat, dan engkau telah berjuang dijalan Allah dengan jihad yang benar”.

Kemudian memberi salam kepada Abu Bakar dan Umar. Kemudian berdoa menghadap kiblat (dilakukan diluar mesjid) terutama mensyukuri nikmat Allah hingga bisa mendatangi masjid

 

Perhatian

Jangan mengusap, mencium pagar besi Makam Nabi atau lainnya, karena perbuatan ini berlawanan dengan sunnah Rasul yang berakibat rusaknya kesucian ibadah anda.

 

Sejarah Masjid Qubâ

Dalam perjalanan hijrah Nabi Saw ke Madinah, beliau singgah di Qubâ selama 4 hari (hari senin tanggal 27 September 622 M, sampai hari jumat tanggal 1 oktober 622 M). Di tempat ini Nabi Saw bersama Abu Bakar diajak ke rumah Kultsun bin Hindun, yang mupakan tempat persinggahan pertama pula bagi kaum muhajirin yang berhijrah dari Mekah sebelum kedatangan Nabi Saw. Sewaktu Nabi Saw tiba di tempat ini, unta yang di tungganginya duduk di tanah lapang, dan di tempat inilah Nabi Saw membangun masjid. Masjid Qubâ adalah masjid pertama yang di bangun pada tahun ke-13 kenabian (622 M).  Salah satu prasasti yamg masih bisa disaksikan hingga sekarang adalah prasasti Sultan Mahmud II, satu khalifah Utsmaniyah (ottoman) yang merenovasi masjid ini. Di dalam masjid terdapat sebuah tanah terbuka, berkerikil dan ditengahnya terdapat kubah yang berhadapan dengan mihrab. Tempat ini disebut Mabrak an-Naqah (tempat duduk unta) yang diperkirakan tempat duduk unta Nabi Saw.

 

Keutamaan Masjid Qubâ

Mengenai keutamaan Mesjid Qubâ ini Nabi Saw bersabda:

“Barangsiapa yang berwudlu di rumahnya kemudian mendatangi Masjid Qubâ dan salat di dalamnya, maka ia memperoleh pahala seperti mengerjakan umrah.”(HR. Ahmad, Nasaî, Ibnu Majah dan Hakim).

Nabi Saw sering mengunjungi masjid ini dengan mengendarai unta atau berjalan kaki pada hari sabtu. Para sahabat ikut pula mengujunginya karena Sunnah.  Umar bin Khattab berkata:

Andaikan masjid kita ini (Qubâ) terletak jauh di pelosok, tentu kita akan menunggang unta untuk berziarah kesana.”

Sedangkan Abdullah bin Umar meneladani Rasulullah Saw dengan berkunjung ke Masjid Qubâ pada hari sabtu. Bagi yang hendak berkunjung ke masjid Qubâ hendaknya berwudlu dahulu di hotel dan berdoa ketika masuk masjid diteruskan dengan salat sunnat. Tidak ada tempat khusus untuk salat dan ktika selesaî salat berdoalah menurut hajatnya, terutama doa yang menyangkut kesulitan hati, karena di sinilah Nabi Saw banyak berdoa karena kegelisahan hatinya setelah hijrah dari Mekah.

 

Masjid Qiblatain

Artinya masjid yang mempunyai dua kiblat dan dinamakan Masjid Qiblatain karena di masjid inilah turunya ayat Al-Qur-an yang memerintahkan berkiblat ke arah Ka’bah yang sebelumnya berkiblat ke masjid al-Aqsha. Masjid ini pada mulanya milik Bani salaman dari suku Khazraj, salah satu dari dua suku selain suku Aus yang menyarankan Nabi Saw hijrah dan menjajikan dukungannya. Bahwasannya Nabi Saw pernah diundang makan oleh Basyar bin Barra dari Bani Salaman dan ketika waktu zhuhur tiba beliau salat berjamaah dengan menghadap kiblat kearah masjid al-Aqsha. Ketika salat berjalan dua rakaat, turunlah ayat keharusan memindahkan arah kiblat kearah Kabah di Mekah.  Karena perubahan itu lelaki bertukar tempat dengan tempat kaum wanita. Oleh karena itulah masjid ini kemudian dinamakan Masjid Qiblatain. Di dalam masjid terdapat dua mihrab, yang menghadap ke selatan (arah Ka’bah) dan yang menghadap ke utara (arah masjid al-Aqsha).

 

Jabal Uhud

Nabi Saw selalu menziarahi tempat ini setahun sekali, dan hal ini dilakukan pula oleh para khalifah sesudahnya. Bersabda Nabi Saw: “Jabal uhud menyenangkan kami dan kamipun menyenanginya.” (HR. Bukhari)

Perang Uhud merupakan peperangan antara Muslimin dan Musyrikin dan tidak kurang 70 sahabat gugur, diantaranya Hamzah, paman Nabi. Di tempat ini ada sebuah lubang tempat Nabi Saw terjerembab dan terkena batu ketika perang.

 

Kuburan Baqî

Kuburan yang terletak sebelah timur Mesjid Nabawi tempat dimakamkanya kurang lebih 10.000 sahabat utama, keluarga Nabi Saw, para syuhada perang Uhud dan Badar. Disunahkan menziarahinya dan berdoa setelah bershalawat terlebih dahulu:

Allahumma shalli wa salim ‘alâ muhammad wa ‘âli Muhammad

As-sallamu ‘alaikum dâr qaumin mu’minîn wa innâ insyâ Allah bikum lâhiqûn, Allahummaghfir lî ahli baqî’ al-gharqad, Allohummaghfir lî wa lahum

“Mudah-mudahan kesejahteraan (wahai) penghuni rumah mu’minin, dan sungguh Insya Allah kami akan menyusul kalian semua, Ya Allah ampunilah ahli bagi ghorqod, Ya Allah ampunilah kami dan mereka.”

 

Sumber Bacaan:

1. Khiyari, Ahmad, 1993, Tarîkh al-Ma’alim al-Madînah al-Munawwarah Qadîman wa Hadîtsan (Jeddah, Dar al-‘Ilm)

2. Khurbûthulî, Ali, tt, Tarîkh Ka’bah, (Beirut: Dar al- Jail)

3. Mubarakfurî, Shafiyyurahmân. 2002, Tarikh Makkah al-Mukarramah, (Riyadh: Dar as-Salam)

Leave a comment